Desa/Kampung Keturunan Majapahit di Jombang, Warganya Tidak Menggunakan Bahasa Jawa,
Kampung yang terdapat di Jombang ini, ternyata keturunan Majapahit tapi warganya tidak bisa menggunakan bahasa Jawa.
Jombang merupakan sebuah kabupaten yang terkenal dengan sebutan kota 'santri', memiliki banyak keunikan yang membuat setiap orang tertarik mendengar nya.
Selain menjadi pusat pesantren di Pulau Jawa, karena banyaknya institusi pendidikan bernuansa Islam di tempat ini.
Kabupaten Jombang ini juga merupakan tempat kelahirannya presiden ke empat RI, yaitu Abdurrahman Wahid ini memiliki berjuta cerita.
Memiliki luas mencapai 1159.5 kilometer persegi yang terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa atau kelurahan.
Ternyata terdapat sebuah kampung unik di pelosok bukit yang menarik untuk di bahas.
Dilansir MalangNetwork.com dari kanal YouTube Irwan Ajas, ternyata dibagian Jombang terdapat sebuah kampung yang berada di perbukitan yang warganya merupakan keturunan dari Majapahit.
Pada umumnya perkampungan di Jawa Timur menggunakan bahasa Jawa, tapi berbeda dengan kampung yang satu ini, warganya menggunakan bahasa Madura.
Kenapa jadi Madura?
Asal usul kampung ini bernama kampung Desing, Desa Manduro, Jombang, Jawa Timur.
Secara garis besar beberapa kampung yang terdapat di Desa Manduro warganya menggunakan bahasa Madura, termasuk kampung Desing ini.
Asal mula terbentuknya desa ini, konon katanya karena pelarian dua orang Madura yang kemudian menetap di perbukitan yang merupakan desa Manduro saat ini.
Dikabarkan bahwa dua orang tersebut merupakan laskar Trunajaya yang kalah perang, dan malu pulang ke Madura.
Akhirnya mereka menetap dan melanjutkan keturunan di perbukitan kapur.
Sebenarnya terdapat dua versi mengenai nenek moyang warga kampung ini, nenek moyang pertama laskar Trunajaya, dan nenek moyang 2 pangeran Arya Wiraraja.
Karena Jombang berbatasan dengan Mojokerto yang disebut sebagai pusat Majapahit, maka diperkirakan bahwa orang Manduro merupakan keturunan Majapahit.
Sejak kerajaan Majapahit hilang tenggelam di tengah sejarah, berkemungkinan besar warga Majapahit melipir ke sekitar pegunungan untuk membangun kehidupan baru termasuk di Manduro.
Rumah masyarakat Manduro
Rumah rumah dibangun di kampung ini mayoritas memiliki bentuk arsitektur rumah adat Jawa (Limasan).
Berdinding kayu dan bagian lantai beberapa masih beralaskan tanah.
Selain itu masyarakat disini memiliki sebuah seni tari yang menjadi primadona Jombang, yaitu tarian Sandur.
Masyarakat kampung memiliki mitos bahwa warga kampung ini tidak boleh menikah dengan orang dari luar kampung.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu hal tersebut tidak berlaku lagi, anak muda disini sudah bebas menikah dengan orang luar kampung.
0 Komentar